profile.
debbie rose female, 20, virgo 08.09.91 jakarta indonesia mail me! tumblr affiliates.
daily reads.
recent entries.
yesterdays.
» Between The Lines - Sara Bareilles» "what is happiness?" » Tak ada gading yang tak retak. » tuangkan dalam secangkir puisi » masih dan tetap » If it still hurts, you still care... » KELIMA » ayo maafkan! » sudah kepala dua. » masih tentang tulisan archives.
time machine.
» March 2006» April 2006 » May 2006 » June 2006 » July 2006 » August 2006 » September 2006 » October 2006 » November 2006 » December 2006 » February 2007 » March 2007 » May 2008 » June 2008 » July 2008 » August 2008 » September 2008 » October 2008 » November 2008 » December 2008 » January 2009 » March 2009 » April 2009 » May 2009 » July 2009 » August 2009 » September 2009 » December 2009 » July 2011 » September 2011 » October 2011 » November 2011 » January 2012 » February 2012 » March 2012 » July 2012 |
Feeling? Re-think.
Sunday, February 26
Sebelumnya, saya bilangin ya mbak-mbak, mas-mas, adik-adik atau kakak-kakak yang baca. Gapapa kok kalo nggak setuju sama saya. Saya nggak maksa kalian harus sependapat sama saya kok ;) tapi sebagai gantinya, saya open-minded terhadap pikiran semua orang. Gapapa kalo kalian mau share pendapat kalian juga sama saya. TAPI tolong, jangan memaksa saya untuk setuju dengan pendapat kalian (because i just get really pissed off beberapa kali menghadapi orang yang ingin pendapatnya selalu benar). Sekarang kalau saya ketemu orang macam ini, saya tanggapi dengan: "Ooo" atau "Oke" atau "Ya" daripada saya adu mulut capek-capek. You just can't please everyone. Okaay?Beberapa tahun sebelum ini, katakan 3 tahun sebelum ini. Saya akui saya masih sangat naif. NA-IF. Dan sangat idealis. Berbagai pengalaman, seiring lingkungan yang berubah, usia, tanggung jawab, dan pergaulan, membuat saya sedikit demi sedikit sadar. Dunia ini luas, dan tidak pernah absolut. Dan sangat cetek.....kalo kita hanya mengandalkan "feeling" untuk memutuskan berbagai hal. 6 bulan sebelum ini, saya pun masih idealis. Saya berpikir hidup ini bisa seindah dan segampang novel atau film. Saya bahkan menggunakan salah satu novel sebagai patokan pemikiran saya. Saya nggak mungkir. Film seperti The Notebook, siapa sih yang gak terharu? Novel-novel dalam negeri tentang cinta sejati? Saya bukannya jadi sinis. Cuma belakangan, dibanding segala hal yang idealis dan melambungkan perasaan-perasaan bahagia kita, saya jadi sadar setelah nonton film The Vow. Film ini... membuat pandangan saya lebih realistis. Dan memang, film ini diadaptasi dari kisah nyata. Jadi dari film itu, dari janji kedua pemeran utama yang diucapkan ketika mereka menikah. Saya terharu. Saya membaca di novel dan berbagai film romantis sebelumnya, saat kita bertemu 'The One' akan ada suatu 'feeling' atau tanda, bahwa dialah orangnya. SEBELUM saya nonton The Vow, pikiran saya masih seperti itu. Namun setelah saya menonton film tersebut, begini kira-kira janji kedua mempelai: Paige: I vow to help you love life, to always hold you with tenderness and to have the patience that love demands, to speak when words are needed and to share the silence when they are not and to live within the warmth of your heart and always call it home. Leo: I vow to fiercely love you in all your forms, now and forever. I promise to never forget that this is a once in a lifetime love. I vow to love you, and no matter what challenges might carry us apart, we will always find a way back to each other. Saya terharu. Ditambah lagi seuntai kata-kata dari ibu Paige: " I chose to stay with him for all the things that he did right and not leave him for one thing that he did wrong." Jadi saya membuat kesimpulan. Mungkin benar, maksudnya "tanda" atau "feeling" itu pasti ada, dan akan berbeda buat tiap orang. Tapi ini tanda buat saya: "Menemukan orang yang mau berkomitmen dengan saya, disaat sedih maupun senang, dan menjaga komitmen itu seumur hidupnya hanya dengan saya." Dia harus mau merasakan susahnya, bukan hanya saat bahagia. Dia harus mau mengerti, bukan hanya dimengerti. Dia harus mau memberi, bukan mengharapkan pemberian. "If you can't handle me at my worst, then you sure as hell don't deserve me at my best." Sebenarnya ini juga berlaku buat teman-teman. Jujur saja, bagi saya pertemanan juga sebuah komitmen. Jika teman saya tidak segan menghabiskan saat sedih bersama saya (bukan cuma saat senang dia hadir), saya juga tidak akan segan mendukung disaat dia membutuhkan. Dia mau susah, saya pasti juga mau susah. Jika dia bisa tahan waktu saya rese, saya juga akan tahan kalo dia rese. Tapi jika dia tidak pernah berbagi dengan saya, buat apa saya berbagi dengan dia? Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Kalau dia tidak pernah ada waktu anda perlukan, anda tahu sendiri kan jawabannya? :) - |
tagboard.
chit chat.
credits.
thank you.
This layout was created by sagacity. Colors are
can be found here. Please use MOZILLA
FIREFOX when viewing
this layout/blog. Use a 1280x800px screen for best results.
|