profile.
Photobucket

debbie rose

female, 20, virgo
08.09.91
jakarta
indonesia

mail me!
twitter
facebook
tumblr



affiliates.
daily reads.
addi agnes ale alice anna arien babay bem2 cindy fanie febi fiona hipo hun jelo lour mey mendy noni panda pile rena xandra valen
recent entries.
yesterdays.
» masih dan tetap
» If it still hurts, you still care...
» KELIMA
» ayo maafkan!
» sudah kepala dua.
» masih tentang tulisan
» syal dan tulisan
» just wandering
» Saya belajar bersyukur.
» Jar of Hearts

archives.
time machine.
» March 2006
» April 2006
» May 2006
» June 2006
» July 2006
» August 2006
» September 2006
» October 2006
» November 2006
» December 2006
» February 2007
» March 2007
» May 2008
» June 2008
» July 2008
» August 2008
» September 2008
» October 2008
» November 2008
» December 2008
» January 2009
» March 2009
» April 2009
» May 2009
» July 2009
» August 2009
» September 2009
» December 2009
» July 2011
» September 2011
» October 2011
» November 2011
» January 2012
» February 2012
» March 2012
» July 2012
tuangkan dalam secangkir puisi
Monday, October 31
Baru-baru ini temen saya ngepost di google+, sebuah puisi, dan menurut saya B A G U S. Bukan model puisi yang banyak gaya bahasanya, mudah dimengerti dan problem yang mendasar. Hanya bagus. Silahkan disimak :)

Makna Sebuah Titipan

Oleh: WS Rendra

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa :

sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Allah
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,

tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?

Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu
diminta kembali oleh-Nya?

Ketika diminta kembali,
kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan
bahwa itu adalah derita.

Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku.

Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti
matematika:
aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,
dan bukan kekasih.
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”,
dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,

Gusti, padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah…

“ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja”




tagboard.
chit chat.



credits.
thank you.
This layout was created by sagacity. Colors are can be found here. Please use MOZILLA FIREFOX when viewing this layout/blog. Use a 1280x800px screen for best results.